Senin, 28 November 2011

Hatta


ada seseorang, bernama Hatta.
saya dengar dia ingin sebuah sepatu, sepatu Bally namanya.
untuk itu ditabungnya receh demi receh, pada sebuah celengan,
disimpannya juga potongan iklan sepatu idaman.
Aih, celengan?
"Tuan, Tuan gunakan saja koneksi-koneksi Tuan. Nyaman bukan? Apalagi Tuan adalah Wakil Presiden negeri makmur sumber daya alamnya, buat apalah Tuan lelah menabung. Sambil Tuan bolongi dasar celengan Tuan untuk makan. Kapan Tuan bisa membeli sepasang sepatu idaman Tuan?"
tanya-tanya saya tidak dijawab, tidak akan pernah.
dia sudah duluan dimakan cacing daripada saya, tapi ada seorang pujangga yang berkata pada saya,
"jujur, lugu, dan bijaksana. Mengerti apa yang terlintas dalam jiwa rakyat Indonesia" --Iwan Fals, Bung Hatta.
Ah, mengerti saya. Banyak juga pengamat-pengamat, sejarahwan-sejarahwan, berkata,
"Hatta tidak hanya jujur pada orang lain, tapi juga pada nuraninya."
Sekarang saya mengerti, Tuan. Mengapa sampai Tuan wafat, masih disimpanlah celengan dan potongan iklan sepatu itu. Tanpa sepatu. Sepatu Bally tidak pernah Tuan beli. Sampai Tuan meninggal.

seorang yang lain, juga bernama Hatta.
sekelompok dengan orang-orang yang membenci bentukan monarki di bumi demokrasi,
sambil membentuk kerajaan monarki.--Tuan menteri.
Saya bisa melihat Tuan. Bagaimana Tuan menikahkan putri Tuan dengan Tuan yang lain. Seorang Tuan tak berleher dan berselaput mata lapis tiga. Tuan penguasa negeri hasil demokrasi (basi).
Tuan kawinkan di puri-puri, istana-istana. Tuan banjurkan tujuh sumber mata air pada putra-putri Tuan. Belum lagi Tuan banjurkan pundi-pundi untuk selasar karpet merah yang mahal. Bagi orang-orang yang mahal, bukan tukang pisang dan pepaya, bukan juga talas dan singkong, pokoknya bukan mereka-mereka yang terhambat perdagangannya karena ulah perkawinan Tuan.

ada sesuatu yang mahal di negeri ini,
bukan sepatu Barly, bukan juga perkawinan putra-putri yang mungkin--semoga jangan--akan jadi raja negeri ini di kemudian hari.
bukan!
adalah sesuatu yang mahal, kejujuran pada hati nurani.

gelap, tidak seperti rambut Tuan yang putih semua. saya tidak merindukan kamu. saya merindukan Hatta. kamu bukanlah Hatta. kamu tidak pantas

bogor, november 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar