Sekarang
ini, lagi musim Pemira. Selebaran-selebaran ditempel, spanduk dipasang
besar-besar—hmf, politik reklame. Hal inilah yang sebenarnya, bingung dengan
yang namanya pesta demokrasi. Pesta itu identik dengan reklame-reklame ditempel
dimana-mana. Lalu, gue sedikit bingung, emang bisa, ada perubahan yang
signifikan, atau paling tidak sesuai dengan visi-misi yang diusung, hanya
dengan selebaran-selebaran itu? karena gue pribadi, sih, ngerasain, mau di
nasional atau di kampus, yang beginian cuma rame pas Pemira doang, selebihnya,
ya, lagi-lagi sepi.
Kemaren pagi,
gue ada kelas di H-Rek. Di seputar kelas, ada tempat mading, spesifiknya ada
banyak mading dan di mading yang banyak itu ditempelin dengan reklame-reklame, sebutlah
reklame politik. Dengan gaya calon yang begini-begitu—beberapa lucu, hyahahaha. Sejak dini kita sudah belajar tentang pejabat-pejabat yang kita cudahi.
Ada pertanyaan besar yang mengganjal tentang hal itu, karena gue dan
calon-calon itu sama-sama mahasiswa. Ya, kan?
Baru
beberapa bulan yang lalu, gue pergi ke nyetak pamflet—atau sebutlah reklame.
Walaupun sama-sama penuh warna, reklame yang gue cetak dan politik reklame ada
pebedaan. Reklame gue dicetak vektor, hanya satu-tiga warna kalo ngga salah,
sedangkan politik reklame ya, dicetak penuh foto—yang notabene akan banyak
sekali warna, gradasi dan lain sebagainya.
Ketika gue
ngeliat politik reklame, bukan isi reklame yang gue baca—karena hmf, akan begitu-begitu aja, tapi berapa kira-kira
biayanya. Kemaren, pas gue cetak reklame basis vektor, dengan jumlah 460 kali
cetak, satu-tiga warna, ukuran A4, ngabisin per reklamenya 1000 rupiah. Nah,
politik reklame yang gue lihat di mading, ukurannya A3. Sebutlah mudahnya saja,
karena ukurannya yang dua kali A4, estimasi biaya untuk politik reklame adalah
2000 rupiah per lembar. Belum beres disitu, sekali lagi reklame yang gue cetak
adalah berbasis vektor yang jelas lebih sederhana ketimbang cetak foto, untuk
ini harga politik reklame anggaplah jadi 2500. Lagi, gue nyetak reklame di
kertas HVS, sementara itu politik reklame dicetak di kertas bagus yang gue ngga
tau apa namanya, yang jelas kertasnya mirip-mirip kertas buat majalah Hai atau
Femina. Semacam itulah. Untuk kertas yang keren ini, anggaplah biaya poltik
reklame jadi 3000 rupiah per lembar.
Dulu, waktu
masih di asrama, reklame-reklame ini disebar juga di tiap kamar, dengan ukuran
A4 dibagi 4 . Anggaplah tahun ini juga akan seperti demikian. Akan banyak sekali selebaran-selebaran yang ditempel atau disebar. Artinya, bolehlah
kita anggap percetakan semua politik reklame 1000 lembar. Kalo dikali harga per
lembar, biaya untuk bikin politik reklame aja ada sejumlah 3 juta rupiah.
Ada
pertanyaan besar yang mengganjal tentang hal itu, karena gue dan calon-calon
itu sama-sama mahasiswa. Ya, kan? 3 juta rupiah bagi mahasiswa, bisa untuk apa
aja?—selain untuk politik reklame. Untuk SPP semester ini aja, gue ngga sampe
habis 3 juta. Sementara itu, di luaran sana, gue denger-denger, biaya semacam
ini ada untuk jadi Gubernur atau Walikota, kisaran ratusan hingga milyaran
rupiah. Apa kita—mahasiswa—sudah terjebak dengan apa yang kita demonstrasikan? Ah, atau
aksi lebih disukai untuk disebut.
Itu baru
dari selebaran, gimana dengan spanduk yang dua-tiga kali tinggi manusia itu?
yang dipasang di tempat strategis—dan tidak gratis?
Ada hal
yang mendasar dari pemilihan ini: pasti di kemudian ada yang kalah. Kalah lalu
apa? Sudah? Uang yang lebih dari 3 juta rupiah gimana—3 juta pun masih hitungan
asal-asalan. Gimana kalo bisa lebih? 4 juta? 6 juta? 10 juta? Baik, anggap saja
baiknya, uang itu memang sudah ditabung calon-calon. Kalah adalah resiko. Tapi hidup
juga kenyataan, Tuan. Tuan mau makan hal-hal normatif itu atau nasi? Lalu,
untuk yang menang. Apa akan balik modal? Haha,
gue jadi teringat sesuatu di Senanyan tentang balik modal. Jadi, dari mana
uangnya? Kenapa juga jika uang itu dihasilkan oleh calon-calon itu adalah hasil
bisnisnya, kenapa calon tertarik ke dunia politik kampus yang cuma setahun dan
hanya ngejalanin proker yang itu-itu aja? Ah, tapi gue lupa, ketika gue baca
latar belakang yang ada di selebaran-selebaran, calon-calon itu ngga ada
pengalaman bisnisnya, entah bener-bener ngga ada atau emang sengaja ngga
ditulis. Entahlah.
Beberapa waktu
yang lalu, gue berkesampatan ngobrol dengan salah seorang teman yang—tadinya—minat
nyalonin diri. Kemudian, dia kemukakan maksudnya itu pada forum-forum terbatas.
Ah, sebutlah forum kelas. Hanya sebatas kelas. Ngga beberapa lama, Seluler
temen gue itu ada yang nelpon dan inilah yang bikin gue bengong: telpon dari
sebuah partai politik yang menawarkan dukungan. Dukungan atau ‘dukungan’? Ah, entahlah. Tapi, orientasi
politik di ini negeri masih jual-beli. Jadi, gue berpendat sendiri memang ‘dukungan’ yang ditawarkan di hubungan
telpon itu. Aih. Juga, temen gue ditelpon oleh calon-calon lainnya. Entah untuk
semacam sowan atau jual-beli lagi.
Gila! Kita emang mahasiswa pertanian. Tapi, dagang sapi bukan gini caranya!
Gue lalu
berpikir, ada benernya juga tidak memilih adalah sebuah pilihan. Dahak-dahak
politik bukan cuma hubungan jadi panas gara-gara rebutan kekuasaan, kampanye
terselubung dan sangat halus, tapi juga jual-beli. Agaknya, mulai sekarang gue
akan sedikit miris ngeliat demo—eh, aksi—di televisi. Setidaknya, gue akan
berpikir, apakah ini demonstrasi atau salah satu jual-beli? Gue sedikit kesal,
atau sedih, atau apalah itu namanya, ketika hari Kebangkitan Nasional nanti
kita akan kembali demonstrasi, lalu hilang. Hanya euforia sementara. Bukan aksi
yang bisa membuat tambahan paragraf di buku-buku sejarah Indonesia beberapa
tahun ke depan. Muak!
Sepertinya,
kita harus minta maaf pada Jenderal Soedirman. Atas tanah yang beliau
pertahankan tapi kita pijak. Maaf, Jenderal!
Kenapa tidak dibuat saja laporan mendalam untuk menelusuri proses kampanye Pemira ini, berapa dana yang dikeluarkan dan mungkin bisa dikorek dari mana dana tersebut berasal. Mendewasakan kehidupan demokrasi di kampus ini, bahkan di negeri ini, perlu dilakukan melalui jalan pengetahuan serta pemahaman.
BalasHapusSemoga bisa menjadi lebih baik kedepannya :D