Senin, 26 Desember 2011

modernitas

Saya mengenal istilah ini sejak ah, entahlah, lupa, yang jelas lama. Peristiwa yang tampak, ketika mendengar kata modern, adalah serba-serbi hidup yang ditunjang peralatan serba elektronis, robot berjalan-jalan ditengah ibukota--membawa belanjaan para ibu, mobil-mobil tidak lagi memiliki roda, tapi melayang, dan ah, yang begitulah. Itu modern hingga beberapa waktu yang lalu, menurut saya. Masuk ke dunia perguruan tinggi, dengan segala kompleksitasnya, saya menemukan definisi modern yang lain. Pengertian modern kini beralih menjadi segalanya berdasarkan ilmu pengetahuan. Semuanya berbilang akal sehat dan logika. Semuanya berdasar kata pakar, kata pemikir, filsuf, dan serentetan orang-orang pintar lainnya.


Selama perjalanan itu juga, saya menemukan modern dengan bahasan yang lain. Secara rumit, bisa dibilang,
"Hari ini adalah esok bagi kemarin dan hari ini adalah kemarin bagi esok,"
ah, intinya adalah hari ini terbelakang selangkah dibanding esok hari. Selalu ada perubahan, entahlah apa itu--dalam batasan apa. Bahkan mungkin, ketika saya menulis alinea yang dibaca sekarang, saya adalah modern bagi alinea pertama. Maka, saya sekarang tradisional pada alinea selanjutnya. Sekali-kali, saya coba gabungkan dua definisi modern diatas. Hari ini belumlah ada robot-robot berjalan-jalan di tengah ibukota membantu ibu-ibu membawa belajaan, juga belum ada mobil-mobil melayang. Boleh jadi, seenaknya saya simpulkan. Ini masihlah era tradisional bagi esok hari.

Demikianlah asumsi jika setiap hari terjadi kemajuan. Sekarang, mari diinfiltrasikan asumsi perubahan tidak statis, bisa naik, bisa juga turun. Fokusnya adalah kemunduran. Saya tidak ragu mengerjakan kalimat kemunduran dibelakang--hei, saya merasakan itu. Ini tentang bagaimana lambang modernitas--jika dahulu sangat dahulu kala lambang modernitas adalah dengan menggunakan baju, kini melepaskan baju. Ah, entah kenapa orang-orang lebih senang dengan membeli pakaian dengan sedikit kain dan harga mahal, ketimbang dengan yang sebaliknya. Lebih bebas bergerak, maksudnya lebih bebas berekspresi? Bahkan, saya dengar seekor unta tidak akan kawin jika ia masih mengetahui ada mata yang mengamatinya. Apa modernitas itu lebih bodoh daripada unta?

Bicara salah dan benar, banyak yang bilang relatif--sesuai dengan pengamat tumbuh dan berkembang. Tapi, hingga hari ini, pernahkah malam mengingkari bahwa memang dia adalah gelap? Saya kira jawabannya seperti pertanyaan apakah siang pernah mengingkari bahwa dia adalah terang--meski mendung sedang menggelantung. Benar dan salah, banyak dibincangkan. Entahlah.

Ada satu hal yang mengganggu, setidaknya bagi saya. Fenomena buruh--yang demikian dibelenggu oleh Tuan dan pekerjaannya, dengan ketidakadilan, dengan segala macam yang buruk-buruk itu--"lari" pada agama membuat penarikan kesimpulan oleh salah satu pakar dunia: agama adalah candu. Ah, benarkah itu? Saya kira ada alasan-alasan lain.

Agaknya, masih banyak variabel-variabel lain yang membuat buruh bernasib buruk dan demikian-demikian. Variabel utamanya adalah Tuan dan pekerjaan yang demikian berat. Mengapa berat? Saya kira, disanalah variabel bebas bermain. Tuan menginginkan penghasilan pabrik yang banyak. Penghasilan sedikit karena pengeluaran terlalu banyak. Maka, pengeluaran harus dikurangi. Jumlah tenaga kerja adalah penyebab pengeluaran: terlalu banyak buruh maka terlalu terlalu banyak pengeluaran. Maka, untuk meningkatkan penghasilan, buruh harus menjadi sedikit. Buruh sedikit, beban perkerjaan tetap--atau malah bertambah. Maka, buruh menjadi menderita. Selesai. Poin utamanya adalah keserahan oleh penghasilan. Buruh tidak punya harapan lain, kecuali satu, yaitu kehidupan setelah kehidupan.

Ya, belum ada bukti kongkrit tentang kehidupan setelah kehidupan--ketika kuping dan hati telah tertutup. Ya, otak dan pemikiran memang tidak. Tapi, apalah namanya manusia berotak tak berhati? Bukan barang elektronik--kerja otak manusia terlalu mengagumkan. Bukan hewan dan tanaman--karena manusia mengalami banyak fluktuasi. Tapi, dia memang bukan manusia. Hanya sebuah organisme yang besar kepala--karena pemikiran-pemikirannya sendiri.

1 komentar:

  1. baru tau gw,unta segitu 'pemalunya'.haha.bacaan ttg modernitas yg menurut gw bagus adalah buku /novel rahasia meede :)

    BalasHapus