Senin, 11 Juli 2011

susah minyak di negara minyak

memang, tulisan ini seharusnya diterbitkan beberapa minggu yang lalu. kepotong berbagai macam hal, akhirnya malem ini bisa juga nulis. yeah

ya, tulisan ini terinspirasi dari macem-macem pemberitaan di TV tentang fatwa haram penggunaan bensin premium buat kalangan yang bisa beli pertamax. memang sih, itu belum fatwa katanya. itu baru sebatas ada orang MUI yang ngomong begitu, bahkan belum masuk forum resmi MUI. tapi, yang bikin gue geli sendiri adalah 'fatwa' itu jadi pendukung spanduk yang belakangan ini dipasang di tiap SPBU. gue sendiri agak ngga nyaman dengan adanya spanduk itu. di negeri ini udah banyak yang ngga mampu dan mereka semakin terpinggirkan dengan adanya ini. buat gue, kalo gue kebetulan gue termasuk yang disebutkan 'tidak mampu' di spanduk itu, gue bener-bener sedih. ke-'tidakmampu'-an gue diakui negara. tapi hanya diakui saja.

ini dia nih spanduknya. padahal menurut gue mendingan tulisan yang warna item aja yang dipake, yang merah dibuang.
ya, persis kayak raskin. betapapun miskinnya manusia pasti punya hati juga kan? perasaan juga punya kan? masa udah miskin terus diakui miskin sama negara. mbok, ya, kalo udah miskin harta, hati dan perasaan jangan ikut dimiskinkan juga. apalagi oleh negara--yang gue percaya banget pengambil kebijakan di republik ini orang pinter, seengganya di bangku akademis sih. ah, balik lagi ke premium mending.

masalah pemberian subsidi ini emang udah pelik dari dulu kan? bahkan, subsidi ini jadi alat kampanye buat partai yang berkuasa pas pemilu kemaren. naikkin harganya pas ditengah-tengah kekuasaan, turunin harganya pas deket-deket pemilu kemudian bilang : lanjutkan! ahahaha, lucu sekali, pak :)

lewat tulisan ini juga, rasanya pengen, deh, nyumbang sedikit ide yang kepikiran. entah benar atau ngga, entah bermanfaat atau masih belum, gue sangat berharap gue dapat membantu republik ini walaupun sedikit :)

kalo gue pikir-pikir, ada baiknya dalam nemuin solusi kita tentuin dulu apa masalahnya. kemudian kita pikirin apa aja hal-hal diluar masalah yang menyebabkan masalah itu tambah pelik. kalo pake istilah IPA, boleh kan kita sebut itu katalisator dan istilah statistiknya variabel bebas? sepanjang yang gue tonton di TV, sih, gue melihat seakan-akan pemerintah cuma pusing sama premiumnya aja, tapi benarkah gitu? apa bener ngga ada faktor-faktor lain yang ngaruh?

gue sangat sangat sangat sadar, jumlah angkutan berbahan bakar minyak bumi sangat sangat sangat banyak jumlahnya. buat orang bogor atau orang yang datang ke bogor lewat tol jagorawi terus belok ke kanan ke arah tugu kujang, pasti lihat, ya, jalan disitu, di pertigaan itu, di lampu merah itu, jalanan diselimutin warna hijau dan siapa lagi kalau pelakunya bukan angkot. belum lagi sepeda motor yang semakin iklan di TV gencar intensitasnya, semakin banyak motor-motor baru diluncurin, makin banyaklah motor dijalanan. begitu juga dengan roda empat. dari http://www.komisikepolisianindonesia.com/main.php?page=artikle&id=1187, per bulan juni 2009, jumlah kendaraan terdaftar mendekati angka sepuluh juta. itu hampir dua tahun yang lalu, gimana dengan yang sekarang? itu cuma di jakarta, gimana dengan seluruh indonesia? itu cuma yang terdaftar, berapa yang ngga terdaftar? mikirin di depan komputer aja gue muak--apalagi liat beneran.


nih, ini dia tugu kujang yang gue maksud. hampir tiap gue lewat sana jam kerja, macet parah. eits, hari libur ngga luput loh.
dan terutama gue juga membayangkan gue menghitung, berapa jumlah bahan bakar yang dibutuhin buat mereka semua?
kalo boleh kita ngasal bikin itungan, anggap aja dipukul rata--mobil ama motor--mereka semua butuh dua puluh liter bensin tiap hari, jadi tiap hari agregat bensin yang harus dikeluarkan adalah hampir dua ratus juta liter bensin (kalo itungannya salah mohon dibantu diperbaiki :D).
berapa liter kalo seminggu?
berapa liter kalo setahun?
berapa banyak rupiah yang berputar disitu? berapa banyak subsidi yang harus dikucurkan?

dalam faktor yang satu ini, ada dua pelaku utama yang berperan penting buat mempengaruhi jumlah bensin yang bakal dikonsumsi : bahan bakar itu sendiri dan jumlah mobil yang butuh diisi bensin. yang gue liat, pemerintah rasanya pengen mengefisiensikan pelaku yang pertama: bahan bakar itu sendiri, dalam hal ini premium.
kalo boleh gue--yang masih sangat hijau ini--ngasih usul, bukan pelaku yang pertama yang harus diefisiensikan, tapi yang kedua. ya, kita harus mengefisiensikan jumlah kendaraan yang harus diisi bensinnya.
sepanjang yang gue tau, bukan kesejahteraan juga kalo namanya tiap warga negara punya kendaraan bermotor. karena, jalan yang bakal mereka lewatin segitu-segitu aja, ngga nambah.

gimana kalo penambahan transportasi umum? tentunya yang keamanan dan kenyamanannya bisa dinikmati sama semua orang, orang kaya ama orang miskin. boleh jadi contoh yang harus dihindari adalah KRL ekonomi jakarta-bogor. miris rasanya kalo gue naik kereta itu. realita ada atau ngga pertumbuhan ekonomi sebanyak 6,sekian % itu di gerbong-gerbong kereta itu kerasa. apalagi pas jam pulang kerja, mau kereta mana aja, dengan tiket yang harganya berapa aja, rasanya sama aja. kalo udah naik kereta itu gue nemu satu cita-cita. ngajak bapak presiden dan menteri perhubungan naik kereta itu tanpa pembersihan dan penjagaan itu. biar mereka rasakan sendiri. kalo mereka ditembak, biar mereka rasakan sendiri mereka belum disukai semua orang. duh, malah ngelantur.

mereka manusia atau kambing, pak menteri? mereka rakyatmu atau apamu,  pak presiden?


ya, itu dia solusi nomor satu. bikin transportasi umum yang nyaman dan aman. gue berharap dengan gitu pelan-pelan masyarakat milih transportasi umum yang murah, disupirin ama orang lain, dan ngga mikir apa-apa lagi kecuali bayar dan sampe. yah, gue juga berpikir masyarakat memang kompleks, tapi, boleh toh menaruh harapan baik?

dan kadang gue bertanya, apakah yang membuat indonesia dibombardir produk asing terutama kendaraan yang ngga putus-putus? kebijakannya? keuntungan dari bea dan cukainya? hmm..

bicara tentang transportasi gue juga sering geli sendiri kalo inget-inget pejabat negara dilantik sambil dikasih satu-satu kunci mobil mewah bernama toyota crown royal saloon. belakangan, malah, presiden minta pesawat pribadi dan sekarang udah ditandatangan dan siap dinaikin tahun 2013, padahal 2014 beliau HARUS pensiun. apa undang-undang mau berubah lagi? ahahaha..

gue juga heran, kenapa di indonesia yang sempet ikutan OPEC karena salah satu yang dipertimbangkan karena penguasaan minyak buminya, mesti pusing soal minyak bumi.
dari beberapa yang gue baca di internet dan kemaren yang gue tonton di TV adalah minyak bumi di indonesia sudah banyak dikuasai asing. salah satu yang gue baca kalo ngga salah di blok cepu. padahal pertamina udah siap ngelola blok itu, tapi kepala pemerintahan kita malah ngasih cepu ke exxon mobil yang notabene amerika punya. yah, begitulah.
ahahah, kontas sekali, ya? ketika presiden soekarna bilang 'go to hell with your aid!'
presiden sekarang malah ngasih begitu aja? dengan latar belakang lulusan militer terbaik pula? apa ini termasuk strategi mempertahankan dan mengisi kemerdekaan?
juga begitu dengan blok natuna yang ngga gue tau dengan lengkap.

maka, suatu saat jika dilangsungkan pemilu, mesti kita baca dan teliti dengan baik-baik latar belakang calon. apa dia punya identitas atau tidak. identitas indonesia. yang ngga gelap mata dengan mobil dan pesawat.

pas nulis dua paragraf terakhir ini, gue sambil gigit jari. ah, berdarah.

Juli 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar